Minggu, 21 Agustus 2011
Selamat Iedul Fitri 1432 H
Oleh : Jalalludin Basri,SE.
PT. Gunung Madu Plantations Area III.
Dengan takbir dan tahmid, umat Islam melepaskan bulan Ramadan dan dengan takbir dan tahmid pula menyambut 1 Syawal 1432 H. Mudah-mudahan pelepasan bulan Ramadan dan penyambutan bulan Syawal terpenuhi makna dan arti kedua peristiwa yang terjadi dalam suasana bergembira.
Selama bulan Ramadhan, jiwa, ruh, dan hati umat Islam benar-benar telah terasah dengan amal-amal kebajikan, sehingga hati mereka yang merupakan wadah ketakwaan semakin terbuka lebar dan luas guna lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas takwa yang sudah diperoleh selama beribadah di bulan Ramadan, "Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa" (QS. Al-Hujurat ayat 3). Tujuan dari puasa adalah untuk menjadikan orang-orang yang melakukannya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183:“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu sekalian dapat bertaqwa”.
Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada fitrahnya (kesuciannya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, fitrah dan saling memaafkan serta rezeki yang kita miliki telah dicuci pula dengan zakat.
Kembali kepada kesucian artinya dengan merayakan Idul Fitri ini kita mendeklarasikan kesucian kita dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri inilah, manusia yang taat pada takdir Allah SWT meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan kala itu seperti terlahir kembali. Dan, bila kita bersedia menerima fitrah yang ada di hari besar ini serta menerjemahkan dengan pikiran dan bahasa sederhana, Idul Fitri merupakan momentum bagi manusia untuk langkah awal menuju kehidupan lebih baik.
Segenap Staff dan Karyawan Divisi III Area Mengucapkan Taqobalallah Minna Waminkum Taqobal YaKarim,Minal Aidzin Walfaidzin, Mohon ma’af lahir dan batin.
Sepenggal Hikmah Mudik Lebaran
Oleh : Jalalludin Basri,SE.
PT. Gunung Madu Plantations Area III.
Disebutkan sayyidina 'Ali karamallahu wajhah, pernah mengatakan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang, bahwasanya seluruh aktifitas hidup sejatinya adalah perjalanan kembali pulang ke asal. Hidup ini sejatinya adalah perjalanan mudik.
Sudah lama kita meninggalkan kampung, sepanjang dan selama umur kita. Kita bahkan sudah tidak tahu bagaimana keadaannya.Yang paling menyedihkan adalah kita tidak punya bekal yang cukup untuk menempuh perjalanan,bahkan tidak tahu bagaimana keadaan kita sesampainya disana.
Kampung abadi adalah akhirat. Kesanalah perjalanan seluruh manusia bermuara. Banyak orang yang sampai disana, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah Saw, bekal yang disiapkannya harus diberikan kepada orang lain sehingga dia akhirnya tenggelam dalam penderitaan abadi. Orang-orang itu, ketika pertama sekali datang kepada Allah Swt, mereka membawa banyak kebaikan sebagai bekal, tetapi ketika Allah Swt akan memberikan tempat yang baik untuknya, orang-orang yang pernah dizaliminya, disakiti hatinya, disiksa pisiknya, atau dianiaya, datang dan meminta pertanggungjawabannya sehingga seluruh bekalnya akan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang telah dianiaya itu. Sayyidina 'Ali mengatakan, "bekal yang paling buruk di hari kiamat adalah berbuat zalim kepada sesama manusia."
Sahabat,itulah kampung kita yang sebenarnya. Seharusnya kepulangan adalah perjalanan yang menyenangkan, yang ditunggu-tunggu waktunya, dan paling dipersiapkan dengan baik. Tetapi ada juga kepulangan yang tiba-tiba, tanpa persiapan dan tentu saja tanpa bekal. Yang pertama disebut pulangnya orang beriman, mereka akan dijemput oleh Rasulullah Saw dan para malaikat dengan senyuman; sementara yang kedua disebut pulangnya orang-orang durhaka.
Mendekati lebaran ini, kita sudah merencanakan mudik. Jauh-jauh hari kita sudah menabung dan menyisihkan rezeki untuk bekal, membeli tiket, dan menyiapkan oleh-oleh. Semuanya kita rencanakan dengan baik. Kita sudah tidak tahan untuk segera bertemu dengan orang tua yang kita cintai, bahkan walau hanya kuburnya sekalipun. Kita sudah rindu untuk bertemu dengan saudara, keluarga dan handai taulan. Kepada mereka kita akan bawakan oleh-oleh yang terbaik yang bisa kita siapkan. Kita pulang ke kampung halaman karena kerinduan.
Karenanya, mudik ke kampung menjelang lebaran ini mestinya menjadi pelajaran, semacam latihan untuk pulang ke kampung abadi suatu saat nanti. Kita membutuhkan pulang kampung, kata Emha 'Ainun Najib, karena di kampunglah kita menemukan keteduhan, ketulusan orang-orang desa, kesederhanaan, kezuhudan yang tidak dibuat-buat, dan keikhlasan yang sederhana. Tempat yang kita tempati selama ini telah mengajari kita untuk berpura-pura, memaksa kita menjadi pemangsa segala, menjadi opportunis, serba cepat namun gegabah, dan memaksa untuk selalu bersikap curiga. Kita butuh mudik agar kita bisa disegarkan kembali dari apa-apa yang sudah hilang di dalam hidup kita. Dan yang paling penting adalah, kita belajar untuk mudik yang sesungguhnya.
Bulan ramadhan yang didalamnya ada laylatul qadr. Allah disuguhkan kemuliaan yang tidak ada di malam-malam yang lain. Marilah kita memanfaatkannya untuk mengumpulkan bekal dalam perjalanan, saat kita mudik nanti. Rasanya hati sudah tidak sanggup lagi menanggung kerinduan untuk bertemu dengan pemimpin kafilah ruhani, Muhammad al-Musthafa yang akan menyiapkan air kehidupan dari telaga al-Kautsar. Marilah kita mempersiapkan mudik bersama ke kampung abadi seperti kita menyiapkan mudik ke kampung lebaran nanti.
Jumat, 19 Agustus 2011
Buka Bersama 18 Ramadhan 1432 H
Sebagai bentuk menjalin silaturahim sesama warga, divisi III mengadakan "Buka Bersama" yang di ikuti seluruh warga divisi III .
Langganan:
Postingan (Atom)